PANDANGLAH JIWA SEBAGAI PANCURAN

Setiap bentuk yang engkau ketahui, mempunyai “mata-air-tetap” di alam tak-bertempat: Tiada mengapa apabila bentuk musnah, karena aslinya kekal. Setiap wajah indah yang pernah kau ketahui, semua Perkataan penuh-makna yang pernah kau dengar; Janganlah bersedih apabila semua itu hilang; karena ia sesungguhnya tidaklah begitu. Apabila mata-air-sumber tak berhenti, cabangnya terus mengalirkan air. Karena itu, apa yang engkau keluhkan? Pandanglah jiwa seperti hulu, dan semua ciptaan ini seperti sungai: ketika hulu mengucur, sungai mengalir dari situ. Letakkan kesedihanmu dan teruslah minum air-sungai ini; jangan fikirkan kapan surutnya; aliran ini tiada henti. Dari semasa pertama engkau masuki alam wujud ini, Dengan tangga ditaruh di hadapanmu, supaya engkau dapat menapak naik. Pertama engkau merupakan mineral, dan engkau berubah menjadi tumbuhan, kemudian engkau menjadi hewan: Bagaimana hingga perkara ini sempat menjadi r...