KAJIAN ILMIAH SEBAGAI TAMSIL DIAWALI BISMILLAH DIAKHIRI ALHAMDULILLAH

KAJIAN ILMIAH SEBAGAI TAMSIL
Pada makhluk biologis, setiap pasangan mempunyai hubungan fungsional, laki-laki dan perempuan, jantan dan betina. Masing-masing mempunyai ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Demikian pula makhluk-makhluk alam lainnya. 

Untuk menyatakan adanya siang diperlukan adanya malam. Sulit dimengerti adanya sinar terang tanpa adanya kegelapan. Musim dingin baru dapat dimengerti setelah adanya musim panas. Seseorang tidak akan pernah memahami secara mendalam arti sebuah kesehatan jika tidak pernah sakit.

Pengecualian terjadi dalam hal Pencipta (al-Khaliq) dan ciptaan-Nya (al-makhluq). Tuhan tidak masuk dalam konsep azwaj karena Tuhan adalah Maha Mandiri. Sebaliknya, seluruh makhluk-Nya tidak ada yang mandiri secara paripurna. 

Eksistensi setiap makhluk ditentukan hubungan horizontalnya dengan pasangannya dan secara vertikal dengan Khaliq-nya. Termasuk manusia, keutuhannya terletak pada hubungan interaktifnya dengan pasangannya, laki-laki dan perempuan.

Dalam dunia dunia tasawuf, konsep azwaj dikaji lebih mendalam. Menurut Nasafi, sebagaimana dikutip di dalam The Tao of Islam, Tuhan Yang Maha Mandiri, di mana segala sesuatu bergantung pada-Nya (Allah al-Shamad), dianggap sebagai Zat yang wajib wujudnya (wajib al-wujub), sementara makhluk-Nya disebut zat yang mungkin wujudnya (mumkin al-wujud), karena keberadaannya sangat bergantung pada kehendak-Nya, dan keutuhan dan kelestariannya sangat bergantung pada interaksi pasangannya.

Dicontohkan langit dan bumi. Langit memberi atau melimpahkan (al-faidl) dan bumi menerima atau menampung (istifadlah). Menurut Jalaluddin Rumi, langit adalah laki-laki dan bumi adalah perempuan. Hubungan antara keduanya sebagaimana layaknya hubungan antara lakilaki dan perempuan. Atau menurut Murata, hubungan antara keduanya dapat diterangkan melalui hubungan Yang dan Yin dalam Taoisme.

Ibnu Arabi juga memberikan pernyataan yang hampir sama, yakni langit diumpamakan dengan suami dan bumi diumpamakan dengan istri dalam kehidupan rumah tangga. Jika langit hendak melakukan hubungan intim dengan pasangannya, hal tersebut diawali dengan mula’abah (foreplay) berupa munculnya awan hitam yang biasanya diiringi dengan kilat dan guntur bersahut-sahutan, lalu terjadi orgasme berupa keluarnya cairan menembus rahim ibu pertiwi, lalu mengandung, dan akhirnya lahirlah anak-anak makrokosmos berupa tumbuh-tumbuhan dan hewan. 

Hal yang sama terjadi pula pada manusia, pemberian air (sperma) kepada perempuan akan menyebabkan tumbuhnya janin dalam rahim, selanjutnya lahir manusia.

“Dia menjadikan bumi layaknya istri dan langit layaknya suami. Langit memberikan kepada bumi sebagian dari perintah yang diwahyukan Tuhan, sebagaimana laki-laki memberikan air ke dalam diri perempuan melalui senggama. Ketika pemberian itu berlangsung, bumi mengeluarkan seluruh strata benda-benda yang dilahirkan yang telah disembunyikan Tuhan di dalamnya.” (Ibnu Arabi, Futuhat I, 131-132). Baca juga : Apakah-pantas-diri-manusia-itu-mengaku

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

Comments

📯POPULAR POST

ALLAH BUKAN NAMA DAN MAKNA

ADAB SALIK TERHADAP MURSYID

DUNIA IBARAT LADANG UNTUK MENANAM KEBAIKAN

AGAMA UNTUK ORANG MISKIN

BIOGRAFI MAULANA MAKDUM IBRAHIM SUNAN BONANG

Kirim E-mail Anda Dapatkan Artikel Berlangganan Gratis....

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY POST MANTAP ||| postmantap16@gmail.com

🔱LINK TAUTAN ARTIKEL SPONSOR

🔁 FOLLOWERS