TINGKATAN PARA WALI ALLAH | BAG1

Tingkatan Para Wali Allah Bag.1
Para nabi dan para rasul mempunyai kedudukan tidak sama di antara satu sama lain, Para Anbiya dan Rasul yang jumlahnya sangat banyak (Nabi -+ 124,000 dan Rasul -1315) yang wajib diketahui hanya 25 orang saja (Nabi dan Rasul) sedangkan yang lainnya tidak wajib diketahui. Dari 25 orang Nabi dan Rasul itu ada lima orang yang dikaruniakan martabat tinggi, dipanggil 'Ulul Azmi'. Antara lain Nabi Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh.

Seperti para Anbiya dan Rasul, Para Auliya juga mempunyai kedudukan yang berbeda beda diantara satu sama lain. Namun tidak ada yang dapat mengenal pasti siapakah di antara para Auliya itu yang tertinggi martabatnya kecuali hanya Allah, berbeda dengan para nabi dan para rasul yang harus membuktikan bahwa mereka adalah nabi yang diutus kepada ummat manusia, para nabi dan rasul dibekali dengan mukjizat yang dikaruniakan Allah kepada mereka.

Tetapi para Auliya tidak wajib membuktikan diri mereka sebagai Auliya melalui karamah yang dikaruniakan oleh Allah kepada mereka. Bahkan para Auliya dikehendaki harus merahasiakan kewalian mereka, apalagi martabat mereka, kecuali dalam keadaan darurat saja. Sebab itu para Auliya tidak dapat dikenal pasti yang lebih tinggi martabatnya dari yang lain, sedangkan jumlah mereka sangat banyak. Mungkin martabat para Auliya itu dapat dikenal hanya melalui karamah mereka, sedangkan karamah mereka pun tidak wajib ditontonkan kepada orang banyak, kecuali jika terdesak.


Tingkatan para wali dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan kedudukan mereka masing-masing di sisi Allah. Di antara mereka ada yang terbatas jumlahnya di setiap masanya, tetapi ada pula yang tidak terbatas jumlahnya.

Jumlah para Auliya yang berada dalam manzilah-manzilah ada 356 sosok, mereka itu ada dalam kalbu Adam, Nuh, Ibrahim, Jibril, Mikail, dan Israfil. Dan ada 300, 40, 7, 5, 3 dan 1. Sehingga jumlah kerseluruhan 356 tokoh. Hal ini menurut kalangan Sufi karena adanya hadits yang menyebut demikian.

Umumnya para syech menyebutkan jumlah dari para wali diantaranya, wali Akhyar sebanyak 300 orang, wali Abdal sebanyak 40 orang, wali Abrar sebanyak 7 orang, wali Autad sebanyak 4 orang, wali Nuqaba sebanyak 3 orang dan wali Quthub atau Ghauts sebanyak 1 orang. Sedangkan Syaikhul Akbar Muhyiddin ibnu Arabi (menurut beliau muncul dari mukasyafah) dalam kitabnya AlFutuhat AlMakkiyyah. Maka jumlah keseluruhan Auliya yang telah disebut diatas, jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas.

Diantara mereka ada satu orang yang tidak mesti muncul setiap zaman, yang disebut sebagai al-Khatamul Muhammadi, sedangkan yang lain senantiasa ada di setiap zaman tidak berkurang dan tidak bertambah. Sementara yang disepakati kalangan para Sufi, ada 6 lapisan para Auliya, yaitu para Wali: Ummahat, Aqthab, A’immah, Autad, Abdal, Nuqaba dan Nujaba.

Syech Muhyiddin membuat pembagian tingkatan wali dan kedudukannya, sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut:

1. Wali Quthub Al-Aqthab atau Wali Quthub Al-Ghauts.

Wali yang sangat paripurna. Al Aqtab berasal dari kata tunggal yang mempunyai arti penghulu. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa Al Aqtab adalah derajat kewalian yang tertinggi. Jumlah wali yang mempunyai derajat tersebut hanya terbatas seorang saja untuk setiap masanya. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan.

2. Wali Aimmah.

Al Aimmah berasal dari kata tunggal imam yang mempunyai arti pemimpin. Setiap masanya hanya ada dua orang saja yang dapat mencapai derajat Al Aimmah. Keistimewaannya, ada di antara mereka yang pandangannya hanya tertumpu ke alam malakut saja, ada pula yang pandangannya hanya tertumpu di alam malaikat saja. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bergelar Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bergelar Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat.

3. Wali Autad.

Al Autad berasal dari kata tunggal
yang mempunyai arti Pasak. Merekea berada di empat wilayah penjuru mata angin, di utara, di timur, di barat dan di selatan bumi, mereka bagaikan penjaga di setiap pelosok bumi. Yang memperoleh derajat Al Autad hanya ada empat orang saja setiap masanya masing-masing menguasai wilayahnya. Mereka bergelar Abdul Hayyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdul Murid. Pusat wilayah berada di Kaabah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita.

4. Wali Abdal.

Al Abdal berasal dari kata Badal yang mempunyai arti menggantikan. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Yang memperoleh derajat Al Abdal itu hanya ada tujuh orang dalam setiap masanya. Setiap wali Abdal ditugaskan oleh Allah swt untuk menjaga suatu wilayah di bumi ini. Dikatakan di bumi ini mempunyai tujuh daerah. Setiap daerah dijaga oleh seorang wali Abdal. Jika wali Abdal itu meninggalkan tempatnya, maka ia akan digantikan oleh yang lain.

Muhyiddin ibn Arabi mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah. Pada tahun 586 di Spanyol, Muhyiddin ibn Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Sahabat Muhyiddin ibn Arabi yang bernama Abdul Majid bin Salamah mengaku pernah juga bertemu Wali Abdal bernama Mu’az bin al-Asyrash. Beliau kemudian menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab Para wali Abdal mendapatkan derajat tersebut dengan empat kebiasaan, yaitu dengan lapar, tidak tidur dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian.

5. Wali Nuqobaa.

An Nuqaba’ berasal dari kata tunggal Naqib yang mempunyai arti ketua suatu kaum. Jumlah wali Nuqaba’ dalam setiap masanya hanya ada dua belas orang. Wali Nuqaba’ itu diberi karamah mengerti sedalam-dalamnya tentang hukum-hukum syariat. Allah memahamkan mereka tentang hukum syariat.

Dan mereka juga diberi pengetahuan tentang rahasia yang tersembunyi di hati seseorang. Jika Wali Nuqobaa melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak. Selanjutnya mereka pun mampu untuk meramal tentang watak dan nasib seorang melalui bekas jejak kaki seseorang yang ada di tanah. Sebenarnya hal ini tidaklah aneh. Kalau ahli jejak dari Mesir mampu mengungkap rahasia seorang setelah melihat bekas jejaknya. Apakah Allah tidak mampu membuka rahasia seseorang kepada seorang waliNya?

6. Wali Nujabaa.

An Nujaba’ berasal dari kata tunggal Najib yang mempunyai arti bangsa yang mulia. Wali Nujaba’ pada umumnya selalu disukai orang. Dimana saja mereka mendapatkan sambutan orang ramai. Kebanyakan para wali tingkatan ini tidak merasakan diri mereka adalah para wali Allah. Yang dapat mengetahui bahwa mereka adalah wali Allah hanyalah seorang wali yang lebih tinggi derajatnya. Setiap zaman jumlah mereka hanya sebanyak 8 orang dalam setiap masa.

7. Wali Hawariyyun.

Al Hawariyun berasal dari kata tunggal Hawariy yang mempunyai arti penolong. Jumlah wali Hawariy ini hanya ada satu orang saja di setiap zamannya. Jika seorang wali Hawariy meninggal, maka kedudukannya akan diganti wali lain. Di zaman Nabi hanya sahabat Zubair Bin Awwam saja yang mendapatkan derajat wali Hawariy seperti yang dikatakan oleh sabda Nabi: “Setiap Nabi mempunyai Hawariy. Hawariyku adalah Zubair ibnul Awwam”.

Walaupun pada waktu itu Nabi mempunyai cukup banyak sahabat yang setia dan selalu berjuang di sisi beliau. Tetapi beliau saw berkata demikian, karena beliau tahu hanya Zubair saja yang meraih derajat wali Hawariy. Kelebihan seorang wali Hawariy biasanya seorang yang berani dan pandai berhujjah. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekunan dalam beribadah.

8. Wali Rajabiyyun.

Ar Rajbiyun berasal dari kata tunggal Rajab.  Dinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan Rajab. Wali Rajbiyun itu adanya hanya pada bulan Rajab saja. Mulai awal Rajab hingga akhir bulan rajab. Selanjutnya keadaan mereka kembali biasa seperti semula. Setiap masa, jumlah mereka hanya ada empat puluh orang saja. Para wali Rajbiyun ini terbagi di berbagai wilayah. Terdapat di berbagai negara. Di antara mereka ada yang saling mengenal, tapi kebanyakannya tidak. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin seseorang.

Pada umumnya, para Wali Rajbiyun ini setiap awal di bulan Rajab, menderita sakit, badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit sehingga mereka tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. Selama bulan Rajab, Mereka terbaring diatas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak. Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib. mereka mendapat berbagai pengetahuan secara kasyaf, Berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap terbaring diatas ranjang.

Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian, sesudah 3 hari baru bisa berbicara. kemudian mereka memberitahukannya kepada orang lain tentang pengalaman ghaibnya. Anehnya penderitaan mereka hanya berlangsung di bulan Rajab. Setelah bulan Rajab berakhir, maka kesehatan mereka kembali seperti sedia kala. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang.

9. Wali Khatam.

Al Khatamiyun berasal dari kata Khatam yang mempunyai arti penutup atau pemghabisan. Maksudnya derajat Al Khatamiyun adalah sebagai penutup para wali. Jumlah mereka hanya seorang saja. Wali Khatam bertugas menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat nabi Muhammad saw. Tidak ada derajat kewalian umat Muhammad yang lebih tinggi dari tingkatan ini. Jenis wali ini hanya akan ada di akhir masa, yaitu ketika Nabi Isa as. datang kembali.

Ada yang bertanya pada Syech Ibn Arabi : Siapa yang berhak menyandang Khatamul Auliya sebagaimana gelar Khatamun Nubuwwah yang disandang oleh Nabi Muhammad saw?.

Ibn Arabi menjawab :
Al-Khatam itu ada dua: Allah menutup Kewalian (mutlak), dan Allah menutup Kewalian Muhammadiyah. Penutup Kewalian mutlak adalah Nabi Isa Alaihissalaam. Dia adalah Wali dengan Nubuwwah Mutlak, yang kelak turun di era ummat ini, dimana turunnya di akhir zaman, sebagai pewaris dan penutup, dimana tidak ada Wali dengan Nubuwwah Mutlak setelah itu. Ia disela oleh Nubuwwah Syari’at dan Nubuwwah Risalah. Sebagaimana Nabi Muhammad saw sebagai Penutup Kenabian, dimana tidak ada lagi Kenabian Syariat setelah itu, walau pun setelah itu masih turun seperti Nabi Isa, sebagai salah satu dari Ulul ‘Azmi dari para Rasul dan Nabi mulia. Maka turunnya Nabi Isa sebagai Wali dengan Nubuwwah mutlaknya, tetapi aturannya mengikuti aturan Nabi Muhammad saw, bergabung dengan para Wali dari ummat Nabi Muhammad lainnya. Ia termasuk golongan kita dan pemuka kita.

Pada mulanya, ada Nabi, yaitu Adam as. Dan akhirnya juga ada Nabi, yaitu Nabi Isa, sebagai Nabi Ikhtishah (kekhususan), sehingga Nabi Isa kekal di hari mahsyar ikut terhampar dalam dua hamparan mahsyar. Satu Mahsyar bersama kita, dan satu mahsyar bersama para Rasul dan para Nabi.

Adapun Penutup Kewalian Muhammadiyah, saat ini (zaman Muhyiddin ibnu ‘Arabi) ada pada seorang yang memiliki kemuliaan sejati. Saya kenal di tahun 595 H. Saya melihat tanda rahasia yang diperlihatkan oleh Allah Ta’ala pada saya dari kenyataan ubudiyahnya, dan saya lihat itu di kota Fes, sehingga saya melihatnya sebagai Penutup Kewalian Muhammadiyah darinya. Dan Allah telah mengujinya dengan keingkaran berbagai kalangan padanya, mengenai hakikat Allah dalam sirr-nya.

Sebagaimana Allah menutup Nubuwwah Syariat dengan Nabi Muhammad SAW, begitu juga Allah menutup Kewalian Muhammadi, yang berhasil mewarisi Al-Muhammadiyah, bukan diwarisi dari para Nabi. Sebab para Wali itu ada yang mewarisi Ibrahim, Musa, dan Nabi Isa, maka mereka itu masih kita dapatkan setelah munculnya Khatamul Auliya’ Muhammadi, dan setelah itu tidak ada lagi Wali pada Kalbu Muhammad saw. Inilah arti dari Khatamul Wilayah al-Muhammadiyah. Sedangkan Khatamul Wilayah Umum, dimana tidak ada lagi Wali setelah itu, ada pada Nabi Isa Alaissalam. Dan kami menemukan sejumlah kalangan sebagai Wali pada Kalbu Nabi Isa As, dan sejumlah Wali yang berada dalam Kalbu para Rasul lainnya. Baca Juga : Tingkatan-para-wali-allah-2

Dilain tempat, Syech Ibnu Arabi mengatakan bahwa dirinyalah yang menjadi Segel (Penutup) Kewalian Muhammad. Beberapa wali yang pernah mencapai derajat wali Quthub al-Aqthab (Quthub al-Ghaus) pada masanya. Wallahu a'lam

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

Comments

📯POPULAR POST

ABDURRAHMAN AL-GHAFIQI DAN BALA TENTARA YANG CINTA SYAHID BAG 3

ALINSANU SIRRI, WA ANA SIRRUHU, WASIRRI SIFATI WASIFATI LAGHOIRIHI

THOSIN AL-ASRAR FI AL-TAUHID, SYAIKH HUSAIN BIN MANSHUR AL-HALLAJ

KATA KATA MUTIARA AL GHOZALI

ALLAH BUKAN NAMA DAN MAKNA

Kirim E-mail Anda Dapatkan Artikel Berlangganan Gratis....

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY POST MANTAP ||| postmantap16@gmail.com

🔱LINK TAUTAN ARTIKEL SPONSOR

🔁 FOLLOWERS