DUNIA IBARAT LADANG UNTUK MENANAM KEBAIKAN
Tujuan Allah Swt menciptakan manusia adalah untuk beribadah kepadaNya, sayangnya sebagian mereka justru berpaling dariNya, bahkan menyembah dunia. Faktanya kehidupan dunia hanya sementara, ia adalah tempatnya ujian dan cobaan. Dunia ibarat ladang untuk menanam kebaikan, adapun hasilnya akan dipetik di kehidupan akhirat.
Seyogyanya manusia harus menjadikan akhirat sebagai modal utama, sedangkan dunia sebagai keuntungannya. Ia wajib mengutamakan waktunya untuk akhirat. Selebihnya, barulah ia gunakan untuk mencari dunia dan penghidupan. Namun yang terjadi adalah sebaliknya: dunia dijadikan sebagai modal utama, dan akhirat sebagai keuntungan.
Selebihnya, barulah ia gunakan untuk mencari akhirat, seperti menunaikan shalat, puasa, dan berbagai kewajiban lain yang hanya bertujuan untuk mengugurkan kewajiban semata. Ini terjadi karena manusia yang seharunys mengendalikan sebaliknya ia dikendalikan oleh jiwa, hawa nafsu, dan setan yang senantiasa membujuk dan menggodanya agar mau menempuh jalan kesesatan yang justru menghasilkan kesengsaraan di dunia dan di akhirat.
Siapapun yang menginginkan keselamatan. Ia harus menjauhi jalan setan dan hawa nafsu, bersabar dan ridha saat menghadapi cobaan, tidak mengeluh kepada makhluk, hanya memohon kepada Allah Swt, senantiasa mentaatiNya, menunggu kelapangan dariNya, dan mencurahkan tenaga untuk beribadah kepadaNya. Baca Juga : Jarang-sekali-melihat-kedamaian
Sebab Dia lebih baik dari siapapun termasuk semua makhlukNya. LaranganNya adalah pemberian, hukumanNya adalah kenikmatan, cobaanNya adalah obat, janjiNya adalah kritik, perkataanNya adalah perbuatan, dan kehendakNya adalah perkataan dan perintahNya. Ketika Dia menghendaki sesuatu, Dia tinggal berkata “Jadilah” maka terjadilah apa yang dikehendakiNya.
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Bagaimanapun kasar buruknya seseorang, bukankah masih ada kebaikan di dalam dirinya? mengapa harus dilupakan kebaikan kebaikannya?
ReplyDeletePerbedaan itu akan tampak indah jika kedua belah pihak bisa saling memahami satu sama lain, saling introspeksi diri dengan kesalahannya.
Tapi jika kedua belah pihak sama sama keras laksana batu, maka perbedaan itu tidak akan pernah ada ujungnya. Hanya akan terus menghasilkan percikan api kebencian.
Alangkah indahnya bisa memaafkan.
Orang yang minta maaf harus kita maafkan, setelah dimaafkan bukan berarti tidak diproses hukum, karena negara ini adalah negara hukum dan hukum harus adil, dan tidak boleh ada intervensi dan pemaksaan kehendak dari pihak yang lain. Misalnya harus bersalah atau sebaliknya. Dan hasilnya nanti harus kita terima.
Yang salah katakan salah dan yang benar katakan benar.
����������
DeleteOrang orang yang berniat demo untuk beraksi membela agama itu tidak bisa kita cegah karena itu adalah cara mereka membela agamanya, bentuk rasa cinta mereka terhadap agamanya, dan hal itu yang membuat agama islam itu berbeda dengan umat agama lain, walaupun bentuk rasa cinta mereka terhadap agamanya diungkapkan dengan cara yang berbeda beda, ada yang mengungkapkannya dengan kelembutan, ada yang dengan cara ketegasan.
ReplyDeleteDan dalam kejadian ini harus menjadi pelajaran bagi dia dan juga pelajaran bagi orang lain, mungkin ini adalah cara Tuhan menegur kita, bahwa menjaga kata kata itu lebih baik, dengan berkata sopan, agar kita tidak menjadi orang yang angkuh.
Ada yang berkata mafia mafia itu tidak bisa disopan santuni harus di kerasi, ya benar itu, tapi tegas dan keras tidak harus dengan berkata kata kasar, bung karno itu cara bicaranya keras, juga tegas, dan berani tapi kata katanya tetap dalam norma kesopanan, bukan dengan berkata "taik lu".
-----------------------------------------------------------------
Giliran postingan ini pendukung yang anti berkata : mantap ustad, sepakat, setujuh.
Yang pro berkata : gimana ustad ini gak tegas jadi dukung yang mana malah memperkeruh suasana saja.
Nb : saya tidak mendukung siapa siapa. Tujuan saya adalah kedamaian negeri ini dan keutuhan bangsa ini. moga demo besok tetap berjalan dengan lancar dan damai.
Hehehe
ReplyDelete