KONTROVERSI TENTANG WAHDATUL WUJUD: (ANTARA KEBENARAN DAN KESESATAN)
Bismillahir rahmanir rohim.
Segla puji bagi Allah swt. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah keharibaan baginda Nabi Muhammad shollallahu alaihi wa sallam, para sahabat, dan keluarganya.
Istilah "Wahdatul-Wujud" sering diperdebatkan oleh para cendekiawan muslim. Ia sering dikaitkan dengan golongan sufi / tasawwuf, bahkan golongan tawassuf dianggap sesat oleh sebagian orang karena masalah ini.
Ada golongan yang menganggap sesat kaum sufi secara mutlak karena Wahdatul-wujud dan ada juga yang tersesat dengan kesalah pahaman terhadap makna dari Wahdatul-wujud. Namun, di antara kedua golongan tersebut, golongan yang benar adalah golongan yang menghayati Wahdatul-wujud dengan makna yang sebenarnya.
Adapun orang yang tidak tahu tentang makna yang benar dari kaum sufi dan para wali yang arif tentang wahdatul-wujud, bersikap menolak wahdatul-wujud secara mutlak, dengan memukul sama rata, antara pemahaman yang benar tentang wahdatul-wujud yang dimaksud oleh para sufi yang sebenarnya, dengan pemahaman yang keliru tentang wahdatul-wujud yang ditampilkan oleh orang-orang yang sesat, namun mengatas namakan sufi dan tasawwuf, padahal kaum sufi dan ahli tasawwuf yang sejati, berlepas diri dari mereka.
#Catatan bagi orang awam dan para pemikir/penulis yang kering dan dangkal tanpa SULUK
Dijelaskan dalam Tuhfatul Ahwadzi bahwa di zaman tersebut, orang yang berpegang teguh dengan agama hingga meninggalkan dunianya, ujian dan kesabarannya begitu berat. Ibaratnya seperti seseorang yang memegang bara (nyala) api. Bara api tentulah panas dan tentu amatlah sulit mempertahankan genggaman tersebut tanpa membuat tangan melepuh.
Ath Thibiy berkata bahwa maknanya adalah sebagaimana seseorang tidak mampu menggenggam bara api karena tangannya bisa terbakar sama halnya dengan orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Islam saat ini, ia sampai tak kuat ketika ingin berpegang teguh dengan agamanya. Hal itu lantaran banyaknya maksiat di sekelilingnya, pelaku maksiat pun begitu banyak, kefasikan pun semakin tersebar luas, juga iman pun semakin lemah.
Sedangkan Al Qari mengatakan bahwa sebagaimana seseorang tidaklah mungkin menggenggam bara api melainkan dengan memiliki kesabaran yang ekstra dan kesulitan yang luar biasa. Begitu pula dengan orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di zaman ini butuh kesabaran yang ekstra.
Itulah gambaran bagi orang-orang yang konsisten dengan ajaran Islam secara kafah saat ini, yang ingin terus menjalankan ibadah sesuai sunnah Rasul , begitu sulitnya dan begitu beratnya.
Acapkali bagi masyarakat awam, orang-orang yang memegang teguh terhadap ajaran ajaran Islam sejati adalah orang-orang yang fanatik. Kadang cacian yang mesti diterima. Kadang dikucilkan oleh masyarakat sekitar. Kadang jadi bahan omongan yang tidak enak. Bahkan parahnya sampai-sampai ada yang nyawanya dan keluarganya terancam.
Melawan arus, dimana kita mencoba menjadi orang baik disaat menjadi salah adalah sesuatu yang wajar, tentu mendapat konsekuen yang tidak mengenakkan dalam kehidupan bermasyarakat. Demikianlah resikonya.
Namun nantikan balasannya di sisi Allah SWT yang luar biasa andai mau bersabar.
Ingatlah janji Allah SWT,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10).
Sebagaimana disebut dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir, Al Auza’i menyatakan bahwa pahala mereka tak bisa ditimbang dan tak bisa ditakar. Itulah karena saking banyaknya. Ibnu Juraij menyatakan bahwa pahala mereka tak bisa terhitung (tak terhingga), juga ditambah setelah itu. Inilah masa dimana orang-orang yang berpegang teguh dalam Islam bagai memegang bara api.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Baca juga : Pemahaman-yang-benar-tentang-wahdatul.html
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Comments
Post a Comment
SILAHKAN BERKOMENTAR SESUAI DENGAN TOPIK ISI ARTIKEL YA .......