JATUH BANGUN AGAMA KURANG MEMAHAMI KEINGINAN TUHAN
Jatuh bangunnya agama manusia, karena manusia
sendiri merasa beragama. Manusia sendiri kurang memahami keinginan Tuhan secara
utuh atau kaffah, semacam konflik bhatinpun yang berkepanjangan karena tidak
didasari agama itu datangnya atas kesempurnaan Tuhan. Konflik bathin dianulir
kebenaran sendiri-sendiri kemudian kelompok-kelompok, pada akhirnya perang atas
nama agama aliran ini dan agama aliran itu yang sudah melembaga kedalam individual manusia.Kalau anda mencari kebenaran, maka sampai kapan pun anda tidak akan menemukan keberaran. Maksud saya, kalau kebenaran yang anda cari adalah kebenaran yang bisa diterima oleh semua orang, kebenaran tanpa ada yang mengingkari. Kebenaran dalam bahasa Arab adalah Haqq, merupakan nama dari Allah Al-Haqq (Maha Benar), itu sebabnya di dunia ini
tidak ada yang benar, sampai manusia menemukan al-Haqq.
Ketika manusia menemukan al-Haqq maka dia sudah tidak memerlukan lagi pengakuan dari makhluk, tidak memerlukan lagi dukungan atas apa yang diyakininya. Hatinya telah sibuk
bersama Allah, dia sudah tidak lagi berada pada level persepsi yang merupakan
produk akal. Manusia yang telah bersama Allah tidak akan bisa lagi menemukan
kesalahan pada manusia lain, karena tidak telah mampu melihat seluruh jalan
yang dilalui manusia untuk mencapai Tuhan. Karena telah berada di puncak
piramida, maka dia mampu melihat seluruh sisi bangunan, mampu melihat kehadiran
dan ketidakhadiran cahaya Allah pada diri masing masing individu manusia.
Pada level ini manusia tidak lagi memerlukan sebab, karena segala sesuatu terjadi semata-mata karena Allah. Tidak lagi terpengaruh oleh benar salah, pahala dan siksa, seperti
ucapan ketidakpedulian Rabiโah al-Adawiyah akan surga dan neraka. Ditambah lagi
perkataan syeh siti jenar : Tidak usah bertele tele, wujudku adalah rupa Tuhan
yang zahir sedang ruhku rupa tuhan yang batin, ruhkulah dzatullah, jiwakulah
sifatullah, wujudkulah yang benama Allah, gerakkulah af'alullah, zat sifat
asma' dan af'al Allah โSatu Menjadi Dirikuโ,
maka sungguh kafirlah aku jika tidak mengakui kalau aku ini Allah. (Ana Ahmad
Billa mim). Jalaluddin Rumi pun berkata : โjangan tanya apa agamaku. aku bukan yahudi, bukan zoroaster, bukan pula islam, karena aku tahu, begitu suatu nama kusebut, kau akan memberikan arti yang lain dari pada makna yang hidup di hatikuโ. Bahkan kehidupan tidak lagi bisa diberi makna, karena mareka telah
pasrah dalam genggaman Allah Taโala seperti bayi dalam pangkuan Ibu nya, tanpa
berdaya apa-apa selain perlindungan dan kasih sayang sang Ibunda. Dalam kondisi
ini lah Al-Halaj berkata, โhidup dan mati bagi ku sama sajaโ. LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH (TIDAK ADA DAYA DAN UPAYA KECUALI DENGAN PERTOLONGAN ALLAH).Mengapa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan kalimat lรข haulรข wa lรข
quwwata illรข billรขh? Jawabannya, agar kita melepaskan diri kita dari segala apa yang
kita merasa mampu untuk melakukannya, dan kita serahkan semua urusan kepada
Allah. Baca juga. MENGEMBANGKAN CITRA DIRI MENERAPKAN DUA LANGKAH
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?