SIAPA NAMAMU WALI ALLAH
Nabi Musa As. bertanya:
“Siapa namamu?”
Wali itu menjawab:
“Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad Hamid al-Ghazali”, tujuh kali. Kalau dia mampu mengatakannya 100 kali
dia akan melakukannya. Namun al-Ghazali malu di hadapan Rasulullah Saw. dan berkata:
“Tujuh kali sudah cukup.”
Musa As. Berkata:
“Apa-apaan ini? Aku kira Anda adalah penerus Rasulullah Saw. Mengapa kamu
mengatakan Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad bin Muhammad Hamid al-Ghazali?”
Imam al-Ghazali
menjawab: “Kalaupun aku menyebut kata “Muhammad Saw.” sampai hari kiamat nanti,
tidak akan bisa berhenti. Mengapa? Karena semakin banyak engkau mengucapkan
nama Rasululullah Saw., Allah Swt. akan memerintahkan para malaikat agar
menyebutkan namanya di hadiratNya.” Itulah mengapa lidahmu harus selalu sibuk
bershalawat atas Rasulullah Saw.
Kemudian al-Ghazali
berkata lagi: “Ya Musa As., mengapa engkau keberatan ketika aku mengatakan
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad Hamid al-Ghazali, sedangkan engkau tidak keberatan atas dirimu
sendiri? Mengapa, karena ketika Allah Swt. bertanya padamu apa yang ada di
tanganmu, engkau menjawab:
قَالَ هِيَ عَصَايَ
أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي
وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى
“Engkau memberikan semua
klasifikasi dari gua-gua yang akan engkau gunakan dalam hidupmu. Mengapa?
Karena itulah tempat yang terhormat, maqam at-tasyrif.”Ia berkata lagi: “Itulah
tempat yang terhormat bagi saya bersama Rasulullah Saw.”
Itulah perbedaannya
antara seorang ulama dengan seorang wali. Bagaimana caranya meniru Rasulullah
Saw.? Dia gembira dengan mengatakan Muhammad bin Muhammad. Dia bisa mengatakan
Muhammad Rasulullah, dan saya bisa mengatakan Muhammad Sayyid ar-Rasul. Saya bisa
juga mengatakan. Jadi yang penting adalah praktek amalnya.
Saya juga ingin
menambahkan pada apa yang dikatakan Maulana Abdus Sattar dari hadits Umar Ra,
bahwa setelah beliau menyebutkan maqam al-ihsan dan Sayyidina Jibril berkata
“Shadaqta” kemudian Sayyidina Jibril menanyakan beberapa pertanyaan lagi. Dan
Jibril bertanya pada Rasulullah Saw.: “Matassa’ah ya Rasulullah”, kapankah
datangnya hari kiamat itu, ya Rasulullah?Rasulullah Saw.
menjawab: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.”
Itulah kerendahan hati.
Beliau tidak mau menonjolkan dirinya. Namun kemudian beliau memberikan
tanda-tanda kiamat: “An tara al-hufat al-‘arat yatathawaluna fil bunyan”, ummat
akan menyaksikan kaum Badui yang bertelanjang kaki akan berlomba membangun
gedung-gedung tinggi hingga satu kilometer lebih. Itulah bangunan yang nantinya
tertinggi.
Ya, mereka membangun
gedung-gedung tinggi di padang pasir dan kita lihat mereka sekarang masih
memakai sandal, merekalah orang-orang Badui. Bahkan ketika mereka mengunjungi
presiden-presiden Eropa, mereka memakai sandal. Nah, hadits ini tidak bermaksud
menghinakan siapapun, tapi itulah hadits Rasulullah Saw. Orang-orang Badui itu
diciptakan berlaku demikian.
“Ketika Anda melihat
orang-orang Badui yang biasanya bertelanjang kaki berlomba membangun
gedung-gedung tinggi.” Kita sekarang menyaksikan hal itu tidak? Lalu apa yang
kita harapkan terjadi? Wahai Muslim, waktunya sudah habis!
Allah Swt.
mengguncangkan bumi tiga minggu yang lalu. Kalian menyaksikan gempa bumi itu?
Allah Swt. dapat membuat bumi ini berguncang setiap saat Dia kehendaki, dalam
bentuk anjloknya bursa saham. Allah Swt. membuatnya dalam satu menit, dan
mengguncangkan seluruh dunia. Hari pembalasan akan segera datang. Maka jangan
sampai kita tertipu kehidupan dunia ini.
Sayyidina Abdul Qadir
al-Jailani mengatakan dalam kitab Fath ar-Rabbani di halaman yang lain:
“Annannabiy qala yunadi munadi yaumal qiyamati aina adz-dzalamah”, pada hari
kiamat nanti akan ada malaikat yang memanggil-manggil “Di manakah orang-orang
yang dzalim? Mari datang ke sini!”
Kita takut menjadi orang
yang dzalim pada diri kita sendiri. Coba tanya, kita ini orang dzalim bukan?
Kita tidak tahu. Bahkan seseorang yang tidak tahu bahwa dirinya orang dzalim,
dia akan ketakutan. Kalau kita mengaku bukan orang dzalim kepada diri kita
sendiri berarti kita tidak pernah berbuat dosa. Baru dikatakan dia bukanlah
orang dzalim. Apakah kita berbuat dosa? Ya, katakan “Ya”, dan mintalah ampun:
“Ya Allah ampunilah kami, nastaghfiruka wanatubu ilaik.” Itu lebih baik
daripada menjawab: “Bukan.”
Rasulullah Saw.
bersabda: “Akhwafa ma akhafu ‘ala ummati asy-syirk al-khafi”, yang paling aku
takutkan dari ummatku adalah syirik yang tersembunyi. Apakah kita melakukan
syirik tersembunyi atau tidak? Apapun yang terkait dengan diri anda adalah
syirik tersembuyi.
Kita kembali ke hadits
yang diceritakan oleh Sayyidina Abdul Qadir al-Jailani, bunyinya: “Aina ‘awwan
adz-dzalama”, di manakan para penolong orang-orang yang dzalim ini?
Lalu ada suara yang
menjawab: “Aina man yara lahu min qalaman”, dan di manakah mereka yang terlihat
bersama pena? Orang-orang dzalim (opresor) itu menggunakan pena untuk
menghakimi orang lain dan mengirimkannya ke penjara meskipun mereka tidaklah
bersalah. Dzalim, Fropresor, atau orang-orang dzalim, adalah mereka yang meraup
keuntungan dari penderitaan orang lain, sekalipun jika harus membunuh, mereka
tidak peduli. Itulah yang kita sebut mafia.
Lihatlah sekarang mafia
ada di mana-mana. Ada mafia di berbagai sendi kehidupan. Sekarang kalau Anda
tidak membayar tiket tilang mobil Anda, apa yang terjadi? Yang berwenang akan
memenjarakan Anda. Mereka akan menjatuhkan sangsi dan menyimpan poin-poin
pelanggaran pada surat mengemudi (SIM) Anda. Itulah sebabnya orang berusaha
tidak ditilang. Nah untuk tiket tilang yang harganya $60 atau $100 saja kalian
takut masuk penjara.
Tapi orang-orang
(dzalim) tadi, para CEO yang mengeruk milyaran dolar dari masyarakat tidak ada
yang berani mengatakan: “Aku akan penjarakan dia.” Ini dzalim atau tidak?
Mereka profesor atau bukan? Orang-orang ini yang meraup keuntungan dari bursa
saham akan ditanyai di hari kiamat, mereka menyedot kekayaan fakir miskin, dan
mereka membuat orang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.
Malaikat tadi memanggil:
“Di manakah para penolong orang-orang dzalim ini? Di manakah antek-anteknya?”
Mereka adalah para komisaris. Para malaikat tahu, para komisaris perusahaan itu
menipu masyarakat. Mereka berkata pada Anda: “Harga saham turun, sekarang
belilah emas.: Maka merekapun menjual emasnya pada Anda. Mereka datang lagi
kepada Anda ketika harga emas jatuh, dan berkata: “Cepat jual emasnya.” Mereka
datang kepada Anda, mereka mengambil keuntungan besar. “Di manakah mereka ini?”
kata malaikat (di hari kiamat nanti).
Apakah Anda bisa
menemukan seseorang di keramaian hari kiamat nanti yang punya sebotol tinta?
Pernahkan Anda melihat sebotol tinta? Datanglah untuk menjadi saksi atas
mereka.
“Ajma’uhum waj’alhum fi
tabut minannar”, kumpulkan semua dan masukan bersama dalam peti mati api.
Riwayat adz-Dzahabi dan Ibn Hajar. Dan ini dikisahkan Sayyidina Abdul Qadir
al-Jailani.
Itulah yang disampaikan
Sayyidina Abdul Qadir al-Jailani mengenai arti umum dari dzalama. Apakah kita
dzalama atau bukan? Telitilah hati kita dengan introspeksi. Kita akan temukan
diri kita dzalim dalam berbagai hal. Jadi apa yang dikatakan Allah Swt. dalam
Kitab Suci al-Quran? Dan para dzalama harus melakukannya. Bukan bagi mereka
yang mengkorup uang dari masyarakat. Bukan, kita sendiri introspeksi dan
mengatakan: “Kami ini orang-orang dzalim”, maka Allah akan memberikan jalan
bagi para dzalama untuk memperbaiki diri.وَمَا أَرْسَلْنَا مِن
رَّسُولٍ إِلاَّ لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللّهِ وَلَوْ
أَنَّهُمْ إِذ ظَّلَمُواْ أَنفُسَهُمْ جَآؤُوكَ فَاسْتَغْفَرُواْ اللّهَ
وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُواْ اللّهَ تَوَّابًا رَّحِيمًا
“Wama arsalna min
rasulin illa liyutha’a bi idznillahi walau annahum idz dzalamu anfusahum ja-uka
fastaghfarullaha wastaghfara lahumu ar-rasulu lawajadullaha tawwaaban
rahiiman.” Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan
izin Allah. Dan sungguh, sekiranya mereka setelah mendzalimi dirinya datang
kepadamu (Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun
memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima
Taubat, Maha Penyayang. (QS. an-Nissa’ ayat 64). Baca juga HAJI AKBAR MENURUT TRADISI ISLAM
Jika anda merasa telah menganiaya, mendzalimi diri Anda sendiri, datanglah ke
hadirat Rasulullah Saw. Dan katakanlah: “Ya Sayyidi, ya Rasulullah". Di
hadiratmu ya Rasulullah, engkau akan memintakan ampun atas nama kami. Alalh
Swt. Berfirman: “Mereka datang ke hadiratmu ya Muhammad Saw., dan engkau akan
memintakan ampun atas nama mereka, maka Aku pun akan mengampuninya.” Nah,
itulah obat kita. Kita mengucapkan doa: “Istaghfirullah ‘inda hadhrati l
Musthafa wabijahi Nabiyyikal Musthafa.”
Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?