BIOGRAFI RADEN QASIM (RADEN SYARIFUDIN) SUNAN DRAJAT

9 sejarah Walisongo gambar Penjelasan cara berdakwah, Biografi.

Walisongo – Nama-nama walisongo yang anda kenal ialah nama sebutan atau julukan. Biasanya dengan sebutan sunan, yang dengan kata lain orang yang dimuliakan. Umumnya yang dinamakan sunan masih ada silsilah keturunan kerajaan, baik secara langsung maupun sesudah generasi dibawahnya. Nah, dari sekian tidak sedikit sunan-sunan yang menyebarkan agama islam di nusantara, terdapat 9 sunan yang dinamakan walisongo atau wali sembilan. Wali sendiri berarti duta atau wakil. Sedangkan dalam doktrin islam dikenal kata waliyullah atau waliallah yang dengan kata lain orang yang beriman dan bertakwa, pelindung dan bisa dipercaya. Para wali-wali ini mendedikasikan mereka di jalan Allah untuk menyuruh orang beriman untuk Allah dengan kerelaan, kelembutan dan tanpa paksaan. Begitu juga dengan walisongo yang menyebarkan agama islam di pulau Jawa. Para wali itu mempunyai riwayat dan pun tempat dakwah tersendiri. Selain tersebut setiap wali pun menitipkan wasiat dan pun peninggalan terhadap umat islam di nusantara. Sehingga nama-nama walisongo tersebut disematkan dalam sejarah persebaran islam di nusantaraLalu bagaimana sejarah, lahir, atau penjelasanmya tentang para wali tersebut berikut peniggalannya dan cara mereka menyebarkan agama islam di indonesia, kami akan mengulas nya.


Walisongo Sunan Drajat (Raden Qosim/Raden Syaifudin)
Nama Tokoh   : Raden Qasim (Raden Syarifudin)
Lahir                : Tahun 1470 Masehi
Nama Ayah     : Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Nama Ibu        : Nyi Ageng Manila (Dewi Candrawati)
Meninggal       : Tahun 1522 Masehi

Pada suatu hari, ayah dari Raden Qasim mengajak putranya guna berdakwah laksana kakaknya. Namun Raden Qasim tidak langsung menerima perintah ayahnya sebab Qasim hanyau ingin menolong kakaknya. Kemudian ayah menggali cara supaya putranya Qasim berani berdakwah sendiri. Ayah menganjurkan Qasim guna berdakwah di Jawa unsur timur. Tapi Qasim menolaknya sebab Qasim merasa berat andai ke wilayah timur yang masih kental akan doktrin Hindu. Kemudian ayah memberi Qasim hak guna memilih lokasi dimana dia hendak berdakwah selain menolong kakaknya.

Setelah berfikir panjang, Qasim memutuskan hendak berdakwah di wilayah Surabaya, terutama di Tuban. Namun sekali lagi ayah menganjurkan Qasim guna berdakwah di dekat pesisir unsur utara Gresik dan Tuban. Akhirnya Qasim menerima perintah ayahnya guna berdakwah di lokasi yang sudah disetujui.

Kemudian Raden Qasim bareng para santri mengarah ke ke Gresik untuk mengemban tugasnya. Sebelum hingga di Gresik, Sunan Drajat bersilahturahmi untuk Sunan Giri. Dia memberitahu untuk Sunan Giri bahwa dia diutus ayahnya guna berdakwah di wilayah pesisir utara. Sunan Giri paling senang mendengar bahwa Raden Qasim diutus guna berdakwah ke pesisir utara. Kemudia Sunan Giri memberikan sejumlah nasehat supaya kedatangannya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat pesisir utara.

Sunan Drajat lantas melanjutkan perjalanannya. Setelah sejumlah hari kesudahannya Sunan Drajat hingga di pesisir pantai dan bertemu dengan nelayan yang sedang melaut. Sunan Drajat menjelaskan sekian banyak  macam jenis ikan yang dapat dimakan dan ikan yang riskan jika dimakan. Setelah mendengar keterangan dari Sunan Drajat, semua nelayan akhirnya memahami dan percaya apa yang disebutkan oleh Sunan Drajat. Disinilah Sunan Drajat mulai percaya diri guna berdakwah di Gresik yang masih kental dengan agama Hindu.

Setelah mengerjakan perjalanan jauh, kesudahannya Raden Qasim hingga di suatu desa yang mempunyai nama desa Drajat. Raden Qasim lantas menjadikan pusat dakwahnya di wilayah ini.
Di desa Drajat tidak sedikit kegiatan-kegiatan islami yang menciptakan masyarakat Hindu penasaran dan hendak tahu apa yang dilaksanakan Sunan Drajat bareng santri-santrinya. Sehingga dengan kepintaran Sunan Drajat masyarakat Hindu mempu tertarik dengan cara dakwah Sunan Drajat yang menggunakan tembang Pangkur sebagai andalannya.

Cara Berdakwah
Menggunakan cara kesenian
Kesenian yang digunakan Raden Qasim ialah tembang Pangkur.

Menggunakan filosofi sendiri
Sunan Drajat dikenal memiliki kepintaran yang tinggi sampai-sampai mempu menciptakan makna filosofi sendiri. Filosofi itu dikenal ke tujuh sap tangga. Berikut ini ialah bunyi filosofi :
– Memangun resep tyasing Sasoma (selalu menciptakan hati orang beda senang)
– Jroning suka kudu éling lan waspada (meski dalam keadaan riang, anda harus tetap ingat dan waspada)
– Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah (dalam perjalanan untuk menjangkau cita-cita luhur anda tidak peduli dengan segala format rintangan)
– Mèpèr Hardaning Pancadriya (kita mesti selalu mengurangi nafsu-nafsu)
– Heneng – Hening – Henung (dalam suasana diam anda akan mendapat  keheningan dan dalam suasana hening itulah anda akan menjangkau cita-cita luhur).
– Mulya untuk Panca Waktu (suatu kebahagiaan bermunculan batin hanya dapat kita capai dengan sholat lima waktu)
– Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan (Berilah ilmu supaya orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita). Baca Juga : Biografi-raden-said-raden-abdurrahman

Terjun langsung ke masyarakat guna mengatasi sekian banyak  macam masalah. Sumber : jatikom.com

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

Comments

📯POPULAR POST

ABDURRAHMAN AL-GHAFIQI DAN BALA TENTARA YANG CINTA SYAHID BAG 3

ALINSANU SIRRI, WA ANA SIRRUHU, WASIRRI SIFATI WASIFATI LAGHOIRIHI

THOSIN AL-ASRAR FI AL-TAUHID, SYAIKH HUSAIN BIN MANSHUR AL-HALLAJ

KATA KATA MUTIARA AL GHOZALI

ALLAH BUKAN NAMA DAN MAKNA

Kirim E-mail Anda Dapatkan Artikel Berlangganan Gratis....

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY POST MANTAP ||| postmantap16@gmail.com

🔱LINK TAUTAN ARTIKEL SPONSOR

🔁 FOLLOWERS