BIOGRAFI MAULANA MAKDUM IBRAHIM SUNAN BONANG

9 sejarah Walisongo gambar Penjelasan cara berdakwah, Biografi.

Walisongo – Nama-nama walisongo yang anda kenal ialah nama sebutan atau julukan. Biasanya dengan sebutan sunan, yang dengan kata lain orang yang dimuliakan. Umumnya yang dinamakan sunan masih ada silsilah keturunan kerajaan, baik secara langsung maupun sesudah generasi dibawahnya. Nah, dari sekian tidak sedikit sunan-sunan yang menyebarkan agama islam di nusantara, terdapat 9 sunan yang dinamakan walisongo atau wali sembilan. Wali sendiri berarti duta atau wakil. Sedangkan dalam doktrin islam dikenal kata waliyullah atau waliallah yang dengan kata lain orang yang beriman dan bertakwa, pelindung dan bisa dipercaya. Para wali-wali ini mendedikasikan mereka di jalan Allah untuk menyuruh orang beriman untuk Allah dengan kerelaan, kelembutan dan tanpa paksaan. Begitu juga dengan walisongo yang menyebarkan agama islam di pulau Jawa. Para wali itu mempunyai riwayat dan pun tempat dakwah tersendiri. Selain tersebut setiap wali pun menitipkan wasiat dan pun peninggalan terhadap umat islam di nusantara. Sehingga nama-nama walisongo tersebut disematkan dalam sejarah persebaran islam di nusantaraLalu bagaimana sejarah, lahir, atau penjelasanmya tentang para wali tersebut berikut peniggalannya dan cara mereka menyebarkan agama islam di indonesia, kami akan mengulas nya.

3. Walisongo Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
Walisongo Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
Walisongo Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
Nama Tokoh : Syekh Maulana Makdum Ibrahim (Raden Makdum Ibrahim)
Lahir : Tahun 1465 Masehi
Nama Ayah     : Sayyid Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Nama Ibu        : Nyai Ageng Manila (Dewi Condrowati)
Meninggal       : Tahun 1525 Masehi

Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel yang diberi perintah untuk mengemban dakwah mengajarkan agama Islam di wilayah Rembang, Lasem dan wilayah Tuban.

Raden Makdum diandalkan  Sunan Ampel guna menjadi wali yang besar suatu ketika nanti. Sehingga Raden Makdum diajar sejak kecil dalam masalah agama Islam oleh Ayahnya. Berkat ilmu yang ditularkan oleh ayahnya, Raden Makdum Ibrahim telah mulai berdakwah pada umur remaja di negeri Pasai bareng Raden Paku. Di samping mereka berdakwah di negeri Pasai, mereka pun berguru kepada sejumlah Ulama Tasawuf besar di negeri Pasai.

Perjuangan Sunan Bonang
Setelah mereka berguru di negeri Pasai, Raden Makdum dan Raden Paku kembali ke tanah Jawa. Setelah hingga di tanah Jawa, mereka berpisah mengarah ke daerahnya masing-masing. Raden Paku pulang ke Gresik dan menegakkan sebuah pesantren di wilayah Giri. Sehingga Raden Paku dikenal dengan sebutan Sunan Giri.

Raden Makdum kesudahannya melanjutkan perintah ayahnya guna berdakwah di wilayah Rembang, Tuban dan Lasem. Perjuangan Sunan Bonang tidak terlampau sulit sebab masyarakat langsung menerima doktrin yang diajarkan oleh Raden Makdum. Strategi yang digunakan Raden Makdum ialah menggunakan media kesenian guna berdakwah.

Raden Makdum tidak jarang kali berdakwah meski usianya telah tua. Sehingga suatu ketika berdakwah di Pulau Bawean Sunan Bonang meninggal dunia. Kabar ini langsung disebarluaskan untuk seluruh masyarakat Jawa. Murid-murid asuhan Sunan Bonang hadir dan menyerahkan penghormatan terakhir guna Sunan Bonang.

Beliau berkeinginan dimakamkan di wilayah Bawean atas kemauan murid-murid Sunan Bonang yang berasal dari Bawean. Tapi murida yang berasal dari Madura meminta supaya Sunan Bonang dimakamkan didekat makam ayahnya, yakni Sunan Ampel di Surabaya. Bahkan siswa dari Madura tidak inginkan kalah dalam merawat jenazah Sunan Bonang. Jenazah yang sudah dibalut dari Bawean akhirnya dibalut lagi dengan kain kafan dari Surabaya.

Namun pada malam hari siswa dari Madura dan Surabaya menggunakan ilmu Sirep untuk menciptakan ngantuk orang-orang Bawean dan Tuban. Saat membawa jenazah Sunan Bonang ke kapal, kain kafan yang satu terbelakang di Bawean. Kemudian kapal berlayar mengarah ke Surabaya. Tapi ketika di perairan Tuban, kapal tidak dapat bergerak. Sehingga jenazah Sunan Bonang dimakamkan di Tuban, yakni sebelah barat Masjid Jami’ Tuban.

Sementara itu, kain kafan yang terbelakang di Bawean pun ada jenazah Sunan Bonang. Orang-orang Bawean juga mengebumikan jenazah Sunan Bonang dengan khidmat.

Dengan terjadinya hal laksana itu, jenazah Sunan Bonang ditetapkan ada dua. Inilah bukti dominasi Allah atas segalanya. Beliau diberi keunggulan dari Allah dengan mempunyai dua jenazah sampai-sampai tidak terdapat permusuhan diantara siswa Sunan Bonang.

Cara Berdakwah
Menerapkan Kebijaksanaan dalam Berdakwah
Menggunakan Media Karya Seni guna Berdakwah
Musik adalah media yang dilaksanakan Sunang Bonang untuk mengucapkan teori-teori Islam untuk masyarakat. Alat musik yang dipakai Sunan Bonang berupa gamelan yang diberi nama Bonang.
Beliau membunyikan perangkat musiknya paling merdu dan unik simpati masing-masing orang yang mendengarnya. Sehingga Sunan bonang tinggal memenuhi ajaran-ajaran Islam untuk mereka. Baca Juga : Biografi-raden-qasim-raden-syarifudin

Menggunakan Media Karya Sastra guna Berdakwah
Sunan Bonang pun menciptakan suatu karya sastra yang dinamakan Suluk. Sehingga karya sastra tersebut dirasakan sebagai karya sastra yang paling hebat hingga sekarang. Karya sastra tersebut ditabung di Universitas Leiden, Belanda. Sumber : jatikom.com

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

Comments

📯POPULAR POST

ABDURRAHMAN AL-GHAFIQI DAN BALA TENTARA YANG CINTA SYAHID BAG 3

ALINSANU SIRRI, WA ANA SIRRUHU, WASIRRI SIFATI WASIFATI LAGHOIRIHI

THOSIN AL-ASRAR FI AL-TAUHID, SYAIKH HUSAIN BIN MANSHUR AL-HALLAJ

KATA KATA MUTIARA AL GHOZALI

ALLAH BUKAN NAMA DAN MAKNA

Kirim E-mail Anda Dapatkan Artikel Berlangganan Gratis....

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY POST MANTAP ||| postmantap16@gmail.com

🔱LINK TAUTAN ARTIKEL SPONSOR

🔁 FOLLOWERS