BIOGRAFI RADEN RAHMAD SUNAN AMPEL

9 sejarah Walisongo gambar Penjelasan cara berdakwah, Biografi.

Walisongo – Nama-nama walisongo yang anda kenal ialah nama sebutan atau julukan. Biasanya dengan sebutan sunan, yang dengan kata lain orang yang dimuliakan. Umumnya yang dinamakan sunan masih ada silsilah keturunan kerajaan, baik secara langsung maupun sesudah generasi dibawahnya. Nah, dari sekian tidak sedikit sunan-sunan yang menyebarkan agama islam di nusantara, terdapat 9 sunan yang dinamakan walisongo atau wali sembilan. Wali sendiri berarti duta atau wakil. Sedangkan dalam doktrin islam dikenal kata waliyullah atau waliallah yang dengan kata lain orang yang beriman dan bertakwa, pelindung dan bisa dipercaya. Para wali-wali ini mendedikasikan mereka di jalan Allah untuk menyuruh orang beriman untuk Allah dengan kerelaan, kelembutan dan tanpa paksaan. Begitu juga dengan walisongo yang menyebarkan agama islam di pulau Jawa. Para wali itu mempunyai riwayat dan pun tempat dakwah tersendiri. Selain tersebut setiap wali pun menitipkan wasiat dan pun peninggalan terhadap umat islam di nusantara. Sehingga nama-nama walisongo tersebut disematkan dalam sejarah persebaran islam di nusantaraLalu bagaimana sejarah, lahir, atau penjelasanmya tentang para wali tersebut berikut peniggalannya dan cara mereka menyebarkan agama islam di indonesia, kami akan mengulas nya.

2. Walisongo Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Walisongo Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Nama Tokoh   : Sayyid Ali Rahmatullah (Raden Rahmat)
Lahir                : Tahun 1401 Masehi
Nama Ayah     : Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)
Nama Ibu        : Dewi Chandrawulan
Meninggal       : Tahun 1478 Masehi

Raden Rahmatullah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Ampel ialah satu dari sekian tidak sedikit waratsatul anbiya’ yang diandalkan  oleh Allah swt. guna meneruskan bersambung perjuangan Rasulullah Saw. Beliau ialah sosok ulama teladan sekaligus waliyyun min auliyaillah’.

Tipe pemimpin ideal terdapat di sini: muballigh ulung, cendekiawan sejati, dan sarat perhitungan dalam setiap tahapan menapaki terjalnya jalan dakwah dan menghadapi kendala masyarakat yang sebelumnya sudah mempunyai kepercayaan yang membumi bakal faham budhisme, hinduisme dan keyakinan “isme-isme” yang lain, jauh sebelum sunan Ampel datang menebarkan doktrin rahmatan lil alamin.

Sebuah tahapan tepat beliau kerjakan sebagai strategi mula dalam metodologi dakwahnya, yakni pembauran dengan masyarakat akar rumput yang adalahtitik sentral dari sasaran dakwahnya. Saat itulah kecendekiaan dan intlektualitasnya benar-benar teruji. Tidak gampang tentunya. Di lokasi yang paling asing, jumud dan kolot, seorang pendatang dari negeri Campa berjuang untuk beradaptasi dengan kultur-sosial yang tidak pernah dikenal sebelumnya.
Dengan diplomasinya yang gemilang, Kanjeng Sunan Ampel sukses mensejajarkan kaum Muslimin kala tersebut dengan kalangan “elite” dalam kasta-kasta mesyarakat dan pemerintahan Majapahit. Pemerintahan Majapahit juga sangat memuliakan dan menghargai hak-hak dan keharusan orang Islam, bahkan tidak tidak banyak dari punggawa kerajaan yang akhirnya mendekap agama Islam sebagai way of life-nya.

Kalau metodologi dakwah Sunan Ampel dengan masyarakat akar rumput dilaksanakan dengan teknik pembauran dan pendekatan, lain halnya dengan cara yang ditempuh saat menghadapi orang-orang cerdik-cendikia. Pendekatan intelektual dengan menyerahkan pemahaman logis ialah alternatif yang beliau tempuh. Hal ini sebagaimana terlukis dalam dialognya dengan seorang biksu Budha.

Suatu ketika, seorang biksu datang mendatangi Sunan Ampel. Kemudian terjadilah pembicaraan seputar akidah berikut:
Biksu: Setiap hari Tuan sembahyang menghadap ke arah kiblat. Apakah Tuhan Tuan terdapat di sana?”
Sunan Ampel: Setiap hari kita memasukkan makanan ke dalam perut supaya Anda dapat bertahan hidup. Apakah hidup Anda terdapat di dalam perut?”
Biksu tersebut diam tidak menjawab. Tapi dia bertanya lagi, “Apa maksud tuan berbicara begitu?”
“Saya sembahyang menghadap kiblat, tidak berarti Tuhan sedang di sana. Saya tidak tahu Tuhan sedang di mana. Sebab, bila manusia bisa mengetahui eksistensi tuhannya, kemudian apa bedanya insan dengan Tuhan? Kalau demikian buat apa saya sembahyang?!”
Cerita berakhir. Dan si biksu lantas masuk Islam
Sunan Ampel.: etos dakwah di tanah Jawa di samping icon Sunan Kalijaga, di sisi yang lain. Beliau ialah satu dari sekian tidak sedikit wali Allah yang menguras hidupnya melulu untuk berdakwah di jalan-Nya. Metodologi dakwahnya memang tidak sama dengan metodologi ala Sunan Kalijaga atau Sunan Muria, yang memakai pendekatan seni-budaya Jawa sebagai media dakwahnya. Sunan Ampel lebih memakai pendekatan intelektual—dengan menyerahkan pemahaman mengenai Islam melewati wacana intelektual dan diskusi yang cerdas dan kritis serta bisa dinalar oleh akal. Cerita di atas ialah bukti sejarahnya.

Dialog Sunan Ampel-biksu sudah mengingatkan kita untuk jawaban Nabi Ibrahim as. dilontarkan untuk raja Namrudz saat beliau dituduh menghancurkan tuhan-tuhan mereka, “Bahkan, Tuhan yang sangat besar berikut yang melakukannya”. Bedanya, Namrudz tidak pernah inginkan menerima kebenaran tersebut meski dia mengetahuinya. Kemudian anda bertanya, mungkinkah orang sekelas biksu bisa ditaklukkan hanya dengan melewati pendekatan budaya? Bisa jadi, tapi barangkali sulit. Baca Juga : Biografi-maulana-makdum-ibrahim

Urgensitas kebiasaan sebagai media dakwah pilihan memang tak dapat dibantah. Sejarah pun membuktikan bahwa pendekatan kultur-budaya yang dimainkan oleh Sunan Kalijaga sukses dengan paling gemilang. Tapi, sejatinya, pendekatan kultur-budaya melulu relevan guna komunitas masyarakat ruang belajar menengah ke bawah. Sedang guna obyek intelektual ruang belajar atas barangkali sangat pas bila memakai jalur laksana yang ditempuh Sunan Ampel.

Cara Berdakwah Sunan Ampel
Cara yang ditempuh Sunan Ampel sangat singkat dan cepat, antara lain adalah dengan dikenalnya falsafah Moh Limo. Falsafah tersebut yaitu :

Moh Main (tidak mau berjudi).
Moh Ngombe (tidak mau mabuk karena minum minuman arak).
Moh Maling (tidak mau mencuri).
Moh Madat (tidak mau merokok atau menggunakan narkotika)
Moh Madon ( tidak mau  bermain dengan perempuan yang bukan istrinya)
Peninggalan-Peninggalan Sunan Ampel
Masjid Sunan Ampel
Pusaka-Pusaka Sunan Ampel
Keris Setan Kober. Sumber : jatikom.com

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

Comments

📯POPULAR POST

ABDURRAHMAN AL-GHAFIQI DAN BALA TENTARA YANG CINTA SYAHID BAG 3

ALINSANU SIRRI, WA ANA SIRRUHU, WASIRRI SIFATI WASIFATI LAGHOIRIHI

THOSIN AL-ASRAR FI AL-TAUHID, SYAIKH HUSAIN BIN MANSHUR AL-HALLAJ

KATA KATA MUTIARA AL GHOZALI

ALLAH BUKAN NAMA DAN MAKNA

Kirim E-mail Anda Dapatkan Artikel Berlangganan Gratis....

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY POST MANTAP ||| postmantap16@gmail.com

🔱LINK TAUTAN ARTIKEL SPONSOR

🔁 FOLLOWERS