THOSIN AL-ASRAR FI AL-TAUHID, SYAIKH HUSAIN BIN MANSHUR AL-HALLAJ

Thosin Al Asrar fi al Tauhid (Kesadaran Diri Dalam Tauhid)

1. Adapun perlambang “Thasin Al Asrar fi al Tauhid :Kesadaran-Diri dalam Tauhid” adalah demikian ini: [‘Alif’ () panjang – Penyatuan; Tauhid. ‘Hamzah’ ( ) – kesadaran-diri, beberapa di satu sisi dan beberapa lagi di sisi lainnya.‘Ain’ (ﻉ) di awal dan akhir – Zat.] Kesadaran-diri itu berproses dari-Nya, kembali pada-Nya,dan beredar di dalam-Nya. Kendati demikian, secara nalar semuanya tidak penting (bagi-Nya).

2. Subyek sejatinya Tauhid berbolak-balik melintasi keragaman subyek, sebab Dia tidak tercakup dalam subyek atau dalam obyek ataupun dalam kata-ganti lainnya. Akhiran kata-bendanya juga tidak terliput pada Obyeknya. Kata-kepunyaan ‘ha’-nya (ﺡ) adalah milik ‘Ah’-nya (ﺎﺣ), dan bukan ‘Ha’ (ﻩ) lain, yang tidak membuat kita bertauhid.

3. Bila kukatakan tentang ‘Ha’ (ﻩ) ini ‘Wa-Ha’ (ﻩﻭ), yanglainnya akan berseru padaku, “Malangnya!”

4. Itulah julukan, sebutan dan kiasan demonstrative yangmenembus (Tauhid) ini, sehingga kita dapat ‘melihat’ Allahmelalui keadaan (hal) senyatanya.

5. Segenap peribadi insan seperti “sebuah bangunan yang tersusun rapi”. Inilah ketentuannya, dan Penyatuan Alloh(Tauhid) tidak terkecuali bagi ketentuan ini. Kendati demikian, setiap ketentuan adalah batasan, dan sifat batasan hanya berlaku bagi obyek-terbatas. Sebaliknya, obyek Tauhidtidak mengakui pembatasan tersebut.

6. Kebenaran [al-Haqq] itu sendiri tidak lain dari singgasanaAllah, bukannya Zat Allah.

7. Dikatakan, Tauhid tidak mencapai (Kebenaran) itu, karena peran kebahasaan dari suatu istilah dan pengertiannya yang pas, tidak berpadu satu sama lain, ketika menyangkut sebuah imbuhan. Kalau begitu, bagaimana dapat semua berpadu,ketika menyangkut Allah?

8. Kalau kukatakan: “Tauhid terpancar dari-Nya,” maka aku menggandakan Zat Ilahi, dan membuat pancaran dari Dirinya sendiri, ada bersama dengan-Nya, ‘ada’ ataupun ‘tiada’ Zatnya secara bersamaan.

9. Andai kukatakan bahwa ‘ada’-nya tersembunyi ‘didalam’ Allah, dan Dia mengejawantahkannya. Bagaimana itu tersembunyinya, sedangkan di (Allah) sana tidak ada ‘bagaimana’ atau ‘apa’ ataupun ‘ini-itu’, dan di sana jugat idak ada tempat [‘dimana’] yang memuat Dia.

10. Sebab, ‘di dalam ini-itu’ adalah ciptaan Allah, sebagaimana adanya ‘di mana’.

11. Adapun yang mendukung suatu aksi (aksiden) bukannyatanpa substansi. Dan, yang tidak terpisahkan dari jasad bukannya tanpa unsur jasad. Juga yang tidak terpisahkan dari ruh bukannya tanpa unsur ruh. Karena itu, Tauhid merupakan sebuah perpaduan (spiritual).

12. Kita kembali dulu, di luar semua itu, ke pokok masalah [Obyek kita] dan memisahkannya dari kalimat tambahan, pemaduan, penghitungan, peleburan dan penyifatan.

13. Lingkaran pertama [pada diagram berikutnya] terdiri atas tindakan Allah, yang kedua terdiri atas tiruannya (tindakan).Dan, inilah dua lingkaran (makhluk) ciptaan.

14. Sedangkan (lingkaran) titik-pusat melambangkan Tauhid, tetapi bukan (sebenarnya) Tauhid. Kalau tidak, bagaimana mungkin itu terpisahkan dari lingkaran? Baca Juga : Habibhabaib

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

Comments

📯POPULAR POST

ABDURRAHMAN AL-GHAFIQI DAN BALA TENTARA YANG CINTA SYAHID BAG 3

ALINSANU SIRRI, WA ANA SIRRUHU, WASIRRI SIFATI WASIFATI LAGHOIRIHI

KATA KATA MUTIARA AL GHOZALI

ALLAH BUKAN NAMA DAN MAKNA

Kirim E-mail Anda Dapatkan Artikel Berlangganan Gratis....

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY POST MANTAP ||| postmantap16@gmail.com

🔱LINK TAUTAN ARTIKEL SPONSOR

🔁 FOLLOWERS