AGAMA UNTUK ORANG MISKIN

Saya baru baca buku terbaru Ronald Inglehart, Religion's Sudden Decline, yang terbit tahun lalu. Buku ini mengulas hasil penelitian dia tentang pertumbuhan agama2 di dunia. Kesimpulannya: agama tumbuh subur di negara2 insecure (gak aman) dan terjadi penurunan di negara2 aman (secure).

18 tahun lalu, Inglehart bersama Pippa Norris, dosen Univ Harvard, menerbitkan buku Sacred and Secular, yang menunjukkan gejala naiknya agama-agama di dunia. Buku terbarunya semacam kelanjutan dan revisi dari buku itu dengan hasil yang mencengangkan. Di buku lama, dia menegaskan bahwa pengetahuan (pintar) tidak menjamin orang meninggalkan agama. Faktor terkuat mengapa orang menjadi tak religius adalah karena semua kebutuhan material dan mentalnya terpenuhi (secure).

Teori Inglehart ini cocok untuk menjelaskan negara-negara paling religius sedunia: negara Muslim. Sebagian besar kaum Muslim hidup dalam kemiskinan. Sebagian lainnya hidup dalam ketakutan karena perang atau karena hidup di bawah rezim otoriter. 43 dari 50 negara berpenduduk mayoritas Muslim hidup dengan pendapatan perkapita di bawah rata2 dunia. 7 sisanya adalah negara kaya minyak yg dipimpin secara otoriter.

Temuan Inglehart ini cocok dengan teori-teori kemunculan agama. Agama muncul untuk menanggulangi penderitaan dan rasa cemas manusia. Gejala agama pertama kali muncul sekitar 70 ribu tahun silam, ketika kemampuan kognisi manusia semakin menguat. Bahasa juga mulai berkembang pada masa-masa ini. Dengan bahasa, manusia tak hanya bisa berkomunikasi, tapi juga memunculkan ide2 yang lahir dari hayalan mereka.

Ide2 itu bisa mengurangi penderitaan manusia dan bisa mengatasi problem mereka. Orang yang merasa hancur karena tiba2 ditinggal mati ibunya akan terhibur dengan ide kehidupan setelah kematian. Dengan begitu, dia punya harapan akan bertemu ibunya kembali. Orang yang seumur hidupnya miskin akan merasa terhibur dengan ide tentang surga dan kemewahan hidup setelah mati.

Orang2 kaya di negara2 maju tak butuh ide2 hayali itu. Mereka mampu mengatasi semua problem kehidupan mereka. Negara secara bertanggung jawab memberikan jaminan kesehatan, pendidikan, hari tua, keluarga, dan hidup enak dengan berbagai macam fasilitas. "Tak heran," kata Inglehart, "agama makin tak laku di negara2 itu." Dia merujuk negara2 Nordik dan beberapa negara Barat lainnya, termasuk Amerika, yang dalam 10 tahun terakhir mengalami gelombang  "hijrah" ke ateisme. Baca Juga : Peran-agama

Karena itu, wahai para pengelola negara, urusi negara dengan benar, jangan korupsi, kerja keras, genjot pertumbuhan ekonomi, berdayakan masyarakat. Jika negara kita maju, otomatis rakyat akan meninggalkan kisah-kisah fiktif yang sejatinya tak berguna itu. Penulis FB Oleh : Luthfi Assyaukanie

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

Comments

📯POPULAR POST

ABDURRAHMAN AL-GHAFIQI DAN BALA TENTARA YANG CINTA SYAHID BAG 3

ALINSANU SIRRI, WA ANA SIRRUHU, WASIRRI SIFATI WASIFATI LAGHOIRIHI

THOSIN AL-ASRAR FI AL-TAUHID, SYAIKH HUSAIN BIN MANSHUR AL-HALLAJ

KATA KATA MUTIARA AL GHOZALI

ALLAH BUKAN NAMA DAN MAKNA

Kirim E-mail Anda Dapatkan Artikel Berlangganan Gratis....

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY POST MANTAP ||| postmantap16@gmail.com

🔱LINK TAUTAN ARTIKEL SPONSOR

🔁 FOLLOWERS